Pages

Wednesday, August 26, 2015

Indonesia rupa-rupa warnanya

Satu jam baca-baca kaskus, nontonin youtube, blogger...
Nggak ada inspirasi.
Padahal jari-jariku udah nafsu banget pengen ngetik.
Bukan ngetik laporan atau bikin skripsi.
No idea with it!

Bahkan sampai tulisan pada kalimat ini belum ada ide buat dibahas.
Tapi-tapi beberapa hari lalu sempet nongkrongin channel youtube Bayu Skak : Sekali Merdeka Tetap Merdeka
Udah pada tahu dia kan?
Hebat lho ya dia masih bisa ngehitz udah 3 tahun bikin vlog.
Focus. Back to the topic.
Ada sepotong kalimat yang menurutku mutlak kebenarannya.
(Nggak biasanya sih dia bener, ampun bay!) 

"...Karena itu, sebenarnya mereka itu takut jikalau kita besatu padu"

See?
Siapa mereka?
Bisa jadi antek, aseng, yang kulit putih, hitam, ungu, hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru.
Indonesia negara maritim? Negara kepulauan? Negara agraris? Zamrud khatulistiwa?
Yah, dulu waktu SD aku dikenalkan istilah-istilah itu.
Tapi sekarang kayaknya sudah nggak relevan ya, entah anak SD sekarang apa masih dikenalkan dengan istilah-istilah tersebut diatas?
Entah secara harfiah apa arti Indonesia (lagi males browsing)
Yang jelas nama hanyalah nama, perjanjian antara manusia dengan manusia sehingga memunculkan istilah atau nama.
Tidak ada urusan dengan Tuhan.

Dari sini, sudah ada perbedaan belum pendapat kita?
Mau protes? Kayaknya kalimat terakhir paragraf diatas bikin ngganjel ya?
Wuahahahhaha. Hold on.

Itulah perbedaan.
Indonesia ada, sejak mula, sudah dengan beraneka macam ragam dari segala aspeknya.
Mulai suku, budaya, agama, daerah, kulit, dan apalagi?
Dia rentan untuk dipecah belah.
Dia rentan untuk dijadikan kambing hitam.
Dia rentan untuk di adu domba.
Dia rentan dan akan selalu rentan.
Sudah jelas kerentanan itu terbaca oleh pemimpin-pemimpin terdahulu, Moh. Hatta, Soekarno dan pejuang kemerdekaan lainnya :*
Tapi mereka memberikan kepercayaan, tekad bulat, pikiran positif kepada penerus generasi Indonesia bahwa kerentanan itu bukanlah alasan untuk menjadikan kita tidak bersatu.
Tuhan sudah menciptakan sedemikian rupa keindahan kepada Indonesia.
Sebutlah itu salah satu bahasa kemesraan Tuhan kepada kita.
Bayangkan, senjelimet itu kah Tuhan menciptakan keberagaman ini?
Kok ya cek rajin e ya De'e nggawe macem-macem barang cilik ngono terus ditumpuk dadi siji nang Indonesia?
Mulai dari bentuk batunya, pantai, gunung, air terjun, lahan padi, kemudian keyakinan, budaya, suku, kulit, bahasa, kesenian.
Hey! Sadarkah? Tuhan kesel rek nggawe detail-detail iku
Indonesia iki spesial! Ayolah sadaro~
Tidak bisa kah segala macam perbedaan ini menjadi suatu bentuk yang harus disyukuri, dinikmati dan disetubuhi?

Adakah negara yang keberagamannya melebihi Indonesia?
Awakdewe iki spesial rek!
(Yak... Yak... Dipikir aku kesukuan ngomong Jawa? Ya nggak gitu. Sekarang aku memang bisanya kayak gini, dimaklumi ta lah ya. Jangan terlalu baper.)
Back to the topic.
Coba direnungkan lagi, browsing wes coba.
Ada enggak?
Mulai dari kuliner, tercatat lebih dari 5.300 makanan asli Indonesia dan dari ribuan menu itu cuma 30 yang menjadi ikonik masakan Indonesia.
Contoh mudahnya saja, soto.
Ada soto betawi, soto lamongan, soto banjar, soto makasar, soto madura dan sebagainya itu ada sekitar 25 jenis soto.
Padahal itu cuma soto sudah ada varian rasa dari berbagai daerah.
Sekarang dari segi kesenian, ada sekitar 300  jenis tari tradisional Indonesia.
Masing-masing daerah memiliki tarian khas sendiri, Jawa barat dengan tari jaipong, Yogyakarta dengan tari bedoyo, tari remo milik Jawa timur, tari kecak punya Bali, tari piring dari Sumatera Barat dan Aceh dengan tari saman.
Dan masih banyak lagi!
Dari sisi peradaban, masing-masing daerah memiliki jenis senjata khas tersendiri. Ada clurit dari Jawa Timur, Golok dari Jakarta suku Betawi, rencong dari Aceh, Keris dari Jawa Tengah, Kalimantan dengan Mandau, dan sebagainya.
Selain itu terdaftar ada 615 jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia.
MashaAllah~
Maka nikmat mana lagi yang kalian dustakan?
Adakah negara lain yang memiliki kekayaan seperti Indonesia?
Belum lagi jenis flora dan fauna endemik di Indonesia.
We're special!
Ya, dan dari semua itu hanya beberapa yang masih diakui dunia internasional.
Ya iyalah, bisa repot juga kalau semuanya didaftarkan saking banyaknya sampek kuwalahan.
Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjaga semua itu.
Kita adalah saudara.

Nyatanya? The fact is?!

Segala keindahan perbedaan itu menjadi bumerang.
Bahkan menyulut perang saudara, perang sesama bangsa Indonesia.
Ayolah, bukalah lebar-lebar isi kepala kalian.
Berpikiran sempit udah nggak jaman, udah nggak kekinian, nggak hitz.
Open minded. Terbuka. Toleransi.
Contoh sepele :
Si A pendukung partai X, si B pendukung partai Y.
Dan kemudian mereka saling menjatuhkan.
Untuk apa sihhhh gaessss?
Bukankah visi kalian sama? Untuk Indonesia? Untuk masyarakat?
Bukankah partai memang seharusnya untuk Indonesia?
Bukan lagi kelompok.
Ditambah lagi, media yang terkesan mengompor-ngompori, membuatnya semakin panas dan menjadi topik empuk untuk diperbincangkan.
Jika ada perbedaan pendapat ya didiskusikan baik-baik secara dewasa dan secara intelektual sebagaimana mestinya.
Dunia ini isinya abu-abu. Tidak ada yang benar tidak ada yang salah.
Setiap orang punya kebenaran dan kesalahannya masing-masing.
Sudah begitu saja.
Di dunia ini yang mutlak kebenarannya cuma dogma-dogma dari Tuhan yang sudah tertulis di kitab suci masing-masing.
Selebihnya dogma-dogma yang dibuat manusia agar kehidupan lebih beraturan dan lebih adil secara manusia.
Percuma lah kita saling menyalahkan tidak ada gunanya.
Apa coba faedahnya saling menjatuhkan kompetitor?
Apakah dengan itu bisa menjamin 100% kalian akan menang?
Tidak kan?

Nah contoh di atas masih logis lah ya,
bagaimana dengan contoh yang satu ini?
Si A menyukai musik bergenre X sedang si B lebih suka musik bergenre Y
Ini sering banget diributin di medsos.
Bukankah hakikatnya musik adalah bahasa universal?
Biar jazz, pop, k-pop, j-pop, reggae, koplo, melayu. So what?
Jadi inget kutipan Angga Maliq & d'essentials dalam sebuah wawancara
Presenter : "Kenapa sih musik kalian kok identik dengan kelas menengah ke atas? Apa bener bukan untuk kalangan menengah? Kesannya, high class gitu"
Angga : "Ya enggak juga sih, lha kenapa mereka nggak mau denger lagu-lagu kita? Emang kita ngelarang? Itu sih mereka aja yang mengelompok-kelompokkan sendiri"

Yah, seingetku kurang lebih begitu, coba deh tonton "Tonight Show bintang tamu Maliq & d'essentials"

Masuk akal nggak sih jawabannya?
Iya kan? Bener juga kan kalo dipikir-pikir?
Lantas buat apa siihhh gaesss selera dibikin ribut?
Buat apa sih jelek-jelekin idola orang?
Apa faedahnya?
Kok gampang banget dipecah belah cuma gara-gara selera.



Ada lagi pembodohan publik melalui tayangan iklan.
Cuma gara-gara beda selera yang satu suka makan beng-beng langsung yang satu suka makan beng-beng dingin.
Wes ribet karepe dewe.
Jiiaaanncoookkk!

Cek endak e seh sing gawe ide iku rek.. rek..



Tayangan sepele kayak gitu aja udah bisa jadi percontohan, tidak mendidik ke arah bagaimana seharusnya bertoleransi, dan bisa-bisa diimitasi secara tidak langsung bagi orang yang melihat. Karena tayangan secara visual lebih berarti dan memberikan dampak.
Ngene iki ya kate dadi opo arek enom-enoman saiki ya.

Bahkan, bahkan, bahkaaaaaannnn....
Kali ini hobi juga jadi bahan keributan. Yaelah!
Bener nggak hayo?
Satu hobi hiking, satu hobi diving.
Udah bisa jadi bahan bully dan cek cok.
Satu hobi nge-game PC satu hobi nge-game PS.
Satu hobi mobil tua satu hobi mobil sport.
Siji seneng Sujiwo Tejo siji seneng Mario Teguh yo wes podo pisuh-pisuhan.
Jancok kabeh, Asu!
Aku kesel rek, kesel ngerasakno kebodohan-kebodohan iki.
Ayo ta lah podo-podo nduwe akal mbok ya'o digawe ngono lhooo kaahh.
:'(

Sadar nggak sih?
Bahan-bahan, material-material seperti itu mudah sekali dijadikan bahan untuk mengadu domba kita, kita satu saudara, satu tanah air, Ibu Pertiwi.
Rela? Mau?
Ibarat kalian dibikin bertengkar sama saudara kandung kalian sendiri karena diadu domba tetangga. Kan lak cek guuooobloookkkk e seh koen iku! Wong ya dulur e dewe. Subhanallah~
Sadaro ta sadaro rek!

Masalah fashion,
Yang satu branded yang satu KW.
Ya sudah lah, buat apa sih diperselisihkan?
Kalau memang dia mampunya beli KW mau apa? Ya kalo kalian mau ngasih uang buat beli yang ori gitu. Solutif.
Itu semua masalah selera, gaessss.
Yang satu style-nya boys, yang satu feminim.
Terus debat, kerenan boys, cantikan feminim.
Nggak ada ujungnya, gaesss!
Ya itu lah dinamika.
Bayangkan kalau di dunia ini kita cuma punya satu style, yaitu feminim.
(Pikir sendiri lah bagaimana akibatnya)
Aku tekankan sekali lagi, ya itu lah dinamika.
Anggap lah itu bahasa kemesraan Tuhan kepada kita.

Banyak yang mengincar negara kita.
Minyak, batu akik, kayu, batu bara, permata, karet, kopi, seni, dan lain-lain dan sebagainya.
Tidakkah kalian sayang?

Istilah zamrud khatulistiwa pun sudah tidak relevan lagi.
Kalimantan yang dahulu hijau kemilau, bagaimana sekarang?
Setelah banjir-banjiran pembukaan ladang kelapa sawit, pertambangan batu bara, minyak mentah?
Seorang teman yang pernah merantau ke Kalimantan bercerita,
"Memang, di Kalimantan kita bisa kaya, punya banyak uang, tapi nurani manusia tidak bisa dibohongi. Bukanlah manusia yang demo disana, tapi alam. Hutan, fauna. Manusia lindas habis."
Kerusakan hutan telah mencapai kurang lebih 2 juta ha per tahun. Bayangkan?
Berapa hutan yang hilang dari bumi Indonesia? Berapa fauna yang kehilangan rumah? Berapa flora atau vegetasi yang habis?
Kemana perginya?
Jadi ingat perkuliahan PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air) di semester lalu.
Seorang doktor menyatakan,
"Tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat Indonesia yang dulunya bertanah gembur nan subur ini menjadi padang pasir. Ketika tanah gembur habis akibat erosi yang terus-menerus, penebangan pohon secara sembarangan, pencemaran dimana-mana, akan digantikan tanah gersang, erosi lagi menjadi bebatuan. Tidak lama menjadi padang pasir. Tidak saudara sekalian, tidak menutup kemungkinan itu terjadi."

Istilah Indonesia adalah negara agraris pun sudah tidak juga relevan.
Indonesia, punya karakter sendiri, punya kekhasan sendiri.
Lantas mengapa tidak dioptimalkan?
Lantas mengapa ikut-ikutan tren industri?
Revolusi industri sudah jelas memberikan dampak kepada Indonesia.
Coba saja ketika itu dan saat ini government lebih mengoptimalkan karakter agraria Indonesia bukannya ikut-ikutan pengen jadi negara industri, kita bisa swasembada lagi.
Indonesia adalah key person, dia suplier barang mentah.
Tidak ada barang mentah, apakah industri berjalan?
(Lupakan, bahasan ini terlalu makro)

Dari sekian banyak keberagaman dan kepelikan Indonesia.
Hanya ada satu kepala yang mengatur, mengelola dan mengendalikan.
Sanggup?
Masuk akal?
Makanya, nggak gampang jadi Presiden.
Ojok maido wae penggaweanmu iku. Angel rek dadi Presiden iku.
Ya memang kita (mahasiswa, masyarakat) perlu kritis terkait kebijakan-kebijakan government.
KIS - BPJS. Rupiah melemah. Hutang bertambah. Mobnas-mobnas modar. Freeport diperpanjang. Dan lain-lain.
Isu kesehatan dimana-mana, menjadi bahan empuk untuk diperdebatkan, membuatnya semakin mudah diintervensi "oknum", agama dimasuki kepentingan politik.

Apa yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat biasa?

Be the smart people!
Tidak mudah diintervensi, memiliki prinsip kebangsaan, loyal, memiliki rasa saling memiliki, tidak mudah dipecah belah, tidak mudah tersulut emosi, memiliki tenggang rasa dan toleransi yang tinggi.
Kita adalah manusia pilihan yang ditakdirkan Tuhan untuk mempertahankan tanah air, bumi pertiwi dengan rasa kekeluargaan tinggi.
 
Adalah suatu kebodohan apabila agama pun menjadi bahan keributan dan perselisihan.
Agama kan cuma metode.
Ibarat kalian mau penelitian, ada yang menggunakan metode kualitatif, ada yang kuantitatif. Mau diperdebatkan juga metodenya?
Toh, yang disembah sama kan? Sama-sama Tuhan.
Cuma beda nama, ada yang menyebutnya Allah ada yang menyebutnya Bapa, Sang Hyang Widhi, dan sebagainya.
Hanya saja, dalam Islam.
Tuhan sudah berbaik hati membuat kita agar tidak bingung mencari-cariNya lagi dan tidak perlu repot-repot membuat-buat namaNya sehingga Tuhan memberitahu kita melalui Al-Qur'an "metode" yang terbaru dan nama yang dibuat oleh-Nya untuk mempermudah kita memanggil-Nya.
Selebihnya itu hanya sebuah pilihan.
Lalu mengapa kita harus mempeributkan pilihan orang lain?
Oh ya, kita sebagai sesama muslim harus saling mengingatkan. Syiar.
Iya kan?
Tapi dengan cara bagaimana?
Apakah orang lain interest jika kalian mengingatkan sesuatu tanpa dasar logika.
Padahal Allah memberikan "metode" tidak menyimpang dari nurani dan akal manusia. Jika, kalian mau berpikir dan mencari kebenaran.

Kita tunjukkan akhlak yang baik, berhubungan baik secara horizontal (manusia dengan manusia) tanpa kita harus mencekok'i mereka dengan dalil-dalil secara otomatis mereka akan interest. Selebihnya biarkan Allah yang menggerakkan hatinya.

Beberapa bulan lalu, tepatnya momen Ramadhan.
Menteri Agama periode 2014-2019, Lukman Hakim
Pernyataan yang dianggap kontroversial di twitternya "Kita harus hormati juga hak mereka yang tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa"
Pernyataan itu semakin tampak pedas akibat dibumbui media.
"Katanya" banyak umat muslim yang sakit hati (termasuk orang tuaku)
But, I am no. Itu wajar. Biasa saja dan memang seharusnya begitu.
Mengapa kita sebagai umat muslim di Indonesia yang katanya agama mayoritas di Indonesia kemudian kita seenaknya semua aspek digeneralisir menjadi islam semua.
Kalian minta dihormati terus, tapi apa kalian menghormati?
Jangan mentang-mentang kalian mayoritas kemudian menindas minoritas.
Lalu apakah salah apabila ada warung-warung yang buka di siang bolong pada bulan Ramadhan?
Apakah semua orang di Indonesia sedang berpuasa? (terlalu makro)
Apakah semua muslim di Indonesia sedang berpuasa?
Kan tidak?
Kan enggak seeehhh ya? -_-
Adik perempuanmu yang ngekos, pacarmu, Ibukmu yang lagi datang bulan susah gaes susah mau makan siang di Bulan Ramadhan kalau warung harus tutup semua. Pasar tutup.
True story T.T
Setiap bulan ramadhan di kosan, dan pas nggak puasa, rasanya sama kayak puasa. Aku nggak makan gaes, nggak makan, susah nyari warung, pada tutup, pada tutupan gorden dan nggak kelihatan.
Bukankah Islam juga mengajarkan toleransi?
Bukankah Rasulullah mengajarkan hal serupa? Pernahkah Rasulullah mengancam orang yang tidak memeluk Islam?
Baginda hanya menyampaikan yang benar selebihnya terserah pada pilihan mereka masing-masing selama mereka tidak mengusik Beliau. Pernahkan Beliau mengusik mereka terlebih dahulu?
Bukankah pada surat Al-Kafirun sudah tersematkan ayat :
"Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku"
See?
Wes paham kan tutuk kene?

Jadilah tidak mudah dibodohi, tidak mudah dipecah belah.


Jadi, buat apa lagi kita saling berselisihan?

"...Karena itu, sebenarnya mereka itu takut jikalau kita besatu padu"

MERDEKA
 

Template by BloggerCandy.com